Arsip Blog - Membuka dengan Hati

Rabu, 06 Agustus 2008

SPORTIVITAS ITU PERLU DI SEMUA BIDANG

Sering saya berpikir, semiskin apa negara kita. Atau pertanyaannya kita bikin lebih sempit, semiskin apa mental bangsa kita? Kebetulan awal minggu ini saya pulang ke surabaya naik kereta api. Ketika tiba di loket, ternyata jatah kursi telah penuh dipesan sebelumnya. Tetapi masih saja pihak KAI membuka untuk tiket tak bernomor duduk. Celakanya, karena menimbang mengejar waktu, atau terkondisi tak punya pilihan lain, saya terpaksa membelinya. Saya menyadari saya goblok karena memberikan pembenaran atas penyimpangan ini. Karena saya tak begitu yakin uang tiket itu akan dihitung sebagai pemasukan resmi negara. Kedua pihak, saya dan KAI jelas keliru sebenarnya. saya memberikan sikap permisif, dan dia dengan sadar melanggar aturan.
Itu satu. Lalu kemudian saya menaiki kereta yang dimaksud. Jelas saya tak mungkin mendapatkan kursi, dan saya tak mungkin mengakuisisi hak orang lain. Saya mencoba masuk restorasi untuk duduk di sana, karena dari luar saya melihat gerbong itu kosong. Ternyata saat saya mau duduk, langsung dicegat pengelola restorasi. Dia memberikan alternatif, yang saya rasakan lebih sebagai pemaksaan halus, bahwa jika saya hendak duduk di sana, mesti bayar 25 ribu tambahan, dengan memperoleh fasilitas makan nasi goreng dan segelas teh hangat plus jaminan tidak diusir. Bagus! Saya terjebak, karena tak mungkin juga saya mesti berdiri selama tak kurang dari lima jam selama perjalanan. Saya merasakan kesialan bertubi. ya sudah. Tak mengapa. Sikap permisif yang keliru saya lakukan lagi.
Itu dua. Ketiganya, saat itu ternyata ada juga seorang yang duduk di depan saya punya nasib serupa. Bedanya dia memang sengaja, saya tidak. Sengajanya dia sudah 4 tahun melakukan hal itu, yaitu naik sebagai penumpang gelap, melakukan transaksi dengan pihak Kereta Api, membayar di atas kereta dengan harga damai. Dan KAI sekali lagi merasa itu hal yang sudah jamak. saya sebal, saya perlu mengeluarkan uang tiket plus 25 ribu, sedang dia hanya membayar separoh harga tiket dan bebas duduk di restorasi sampai tujuan. Ueenaknya! Menyakitkannya lagi, dia membayar petugas itu tepat di bawah meja di depan saya.
Sesaat setelahnya, kondektur kereta duduk di depan saya. Kami banyak mengobrol tentang apa saja. Sampai pada pengalaman-pengalamannya selama menjadi kondektur. Ternyata dia sering sekali mendapati penumpang gelap seperti itu. Tetapi katanya, apa mau dikata, karena kereta sudah berjalan, mereka tetap dikenai tarip tapi sesuai kemampuannya. Lho kok? saya iseng lagi bertanya, orang yang seperti apa mereka. Dia menjawab biasanya aparat, polisi atau militer. Biasanya mereka minta diskon sampai 50%. Alasannya? Pembicaraan selesai. Tak ada yang berani bicara.
Saya berpikir, mungkin kalau semua warga negara diberi hak punya senjata, mungkin bisa juga naik kereta dapat diskon 50% juga ya? Karena sampai saat ini saya tidak juga menemukan korelasi logis atas perbedaan fasilitas ini selain hal itu. Kalau alasannya mereka kan garda depan penjaga bangsa. saya rasa semua profesi yang luhur pun adalah kekuatan bangsa. Dan saya merasa, setiap orang punya problem. Mungkin gaji kecil, kebutuhan banyak, dan alasan remeh temeh lainnya. Tapi kan semua orang merasakan? Maaf, bukannya saya tidak suka dengan sesuatu profesi, tetapi saya jelas sebal dengan orang-orang yang sok berjuang untuk negara padahal perilakunya justru menghancurkan perekonomian negara. Karena saya juga punya kakak yang militer dan saya pernah juga mengajukan pertanyaan serupa, dan dia sama sekali tidak bisa menjawabnya dengan tepat.
Terpikir tidak misalnya oleh PT. KAI, jika kelebihan muatan, maka beban akan semakin berat, padahal kemampuan rel, misalnya, tidak mampu menyangganya. akibatnya akan banyak : rel rusak sebelum waktunya, gerbong rusak sebelum waktunya, terjadi kecelakaan karena tidak stabilnya kereta, sehingga diperlukan perbaikan yang terlalu sering menguras uang negara, dan sebagainya.
Saya merasa bersalah sekali kali ini. Merasa gobloknya lebih-lebih. Ya, semoga kepala PT. KAI membaca tulisan ini. Juga semua orang yang pernah melakukan kesalahan yang sama dengan saya, atau bahkan lebih salah, atau kesalahan kecil. saya kan cuma bisa mengajak saja, yuk bersikap sportif....

Tidak ada komentar: