Arsip Blog - Membuka dengan Hati

Rabu, 07 Januari 2009

KEBODOHAN MUSUH SEJATIKU

Kebodohan. Ternyata ini adalah kata, sebagai lingkup berpikir ataupun sikap, yang saat ini baru saya sadari merupakan momok menakutkan yang sangat saya benci. Pantas Rasulullah menghendaki kita memeranginya. Karena kebodohan selalu berkorelasi dengan kualitas berpikir, kualitas mengeluarkan pendapat, kualitas menentukan harkat hidup, kualitas dalam berhubungan dengan manusia lain, sehingga sejauh apa kita kedudukannya di mata orang lain. Kebodohan sangat bisa membahayakan citra diri, sehingga sebuah kearifan tak terjangkau dan terkubur begitu saja, kalah oleh keputusan-keputusan yang seringkali keliru. 
Jika Anda mencintai hidup, maka bencilah kebodohan ini. Karena hidup dalam kebodohan sama saja dengan tak hidup. Anda akan selalu berada di posisi tak setara dengan orang lain. Anda selalu berada terbawah dari rantai makanan kehidupan. Yang Anda dapat hanya sisa-sisa. Bahkan mungkin sudah basi dan tak layak. Bahwa Anda hanya akan mendapat pekerjaan kasar dan bergaji kecil. Karena mereka hanya bisa memanfaatkan tenaga Anda, bukan otak Anda. Karena Anda tak mampu tunjukkan kualitas kesempurnaan dalam mensikapi setiap kasus. Anda akan cenderung asal terjang, dan tak jauh berpikir. 
Jika Anda tak mau berubah, maka otomatis Anda tak mencintai hidup, maka Anda sudah jatuh cinta dengan kebodohan tanpa Anda sadari sesungguhnya. Dia akan menggerogoti masa depan Anda, sebuah masa depan yang seharusnya tak semata sesederhana bayangan Anda sebelumnya. Sebuah masa depan yang semestinya sangat cerah, minimal untuk anak cucu kita. 
Maka perangi kebodohan dengan merubah segala yang negatif dari dalam diri kita. Jangan membiasakan diri merasa nyaman dengan sesuatu yang telah Anda raih dan hadapi. Teruslah membaca buku, karena buku adalah cakrawala ilmu. Buku adalah pengantar untuk memahami pola pikir dan kedalaman hati orang lain. Buku mengenalkan kepada kita dunia yang tak terjangkau oleh kita sebelumnya. Buku adalah guru kearifan untuk tak berlaku sembrono. Bacalah sesegera mungkin, sahabat! Bergaullah dengan jiwa-jiwa yang putih, jiwa yang ingin maju. Jiwa yang selalu gelisah. Jiwa yang yakin setiap perubahan membawa dampak kebaikan. Jangan bergaul dengan mereka yang mudah menyerah, mereka yang kadung jatuh dalam lembah keputusasaan. Tuhan menciptakan ladang harapan, manusialah yang mewujudkan keputusasaan. Karena mereka adalah manusia-manusia pemuja kebodohan. Mereka bangga dengan kebodohan mereka, karena dengan begitu mereka pikir orang lain akan maklum dengan kerendahan derajat mereka. Mereka terbiasa dikasihani, mereka lebih senang tangannya dibawah untuk menerima dibanding memberi. Tapi mereka juga golongan yang mudah marah. Mereka anti kritik, sekaligus gampang menjatuhkan perasaan orang lain. Mereka miskin. Dan bangga jika miskin. Karena menurut mereka, miskin itu boleh bebas melakukan apa saja.
 Jadi, Anda memilih sebagai apa. Tentukan segera. Perubahan itu adalah sikap terbuka menerima yang beda. Siap menerima perkembangan zaman dan mengambil sikap atasnya. Berubah itu meliputi semangat dan konteks pengejawantahan. Berubah itu tak takut ketinggalan teknologi sekaligus tetap membumi. Letupkan ketetapan hati Anda, sahabat. Meski perubahan itu pasti tak gampang dan tidak enak di awal. Berubahlah secara esensi. Jangan mencari alasan diantara tantangan, sehingga Anda merasa bisa menghindarinya. Jangan lakukan itu, karena pasti anda akan menjadi orang kalah. Orang bodoh yang kalah. Orang miskin yang bodoh dan kalah. Dan jika masanya tiba, Anda saya jamin akan menyesal tapi tetap saja tak mampu berbuat apa-apa karena orang lain sudah berlari jauh di depan Anda. 
 Bodoh bagi saya adalah momok sekaligus musuh yang harus diberangus. Mimpi buruk yang harus saya hapus. 

Tidak ada komentar: